Jumat, 12 Agustus 2011

Tips Menahan Godaan di Bulan Ramadhan

Beberapa Tips Menahan Godaan di Bulan Ramadhan:

1. Luruskan niat!
Niat puasa  karena apa sih? Karena pengen di-cap sholeh? Demi ngirit uang makan? atau memang mengharap balasan kebaikan dari Allah? Niat ini akan menguatkanmu Sob, kalau niatnya bener, insya Allah godaan sedahsyat apapun kagak bakal mempan! Ibaratnya nih… orang naik Jaguar, terus digodain untuk naik sepeda! Yah kagak bakalan tergoda lah! Bayangkan saja kamu berpuasa sunah itu akan mendapat mobil sekelas Jaguar atau mercy atau BMW yang langsung diberi oleh Allah! Jadi jangan gentar cuma gara-gara ngeliat komik bokep atau temen sebelah makan bakso bola tenis! Lewat dah… tahan uji!
2. Pastikan makan sahur yaa..!!
Jangan sampai kamu makan sahur jam 8 malam! Sudah dijamin lemes keesokan harinya! Sekitar 15 menit sebelum azan Shubuh, sahurlah! Insya Allah manteb…
3. Hindari hal-hal yang menggoda nafsu, misalnya dengan cara mengumumkan kalau kamu lagi puasa!
Teman-temanmu yang tidak tahu kalau kamu lagi puasa bisa saja mengajakmu melakukan “macem-macem”, mulai dari makan di warung steak yang baru buka, mengomentari status gebetanmu atau mengghibah orang, pokoknya yang buat puasamu jadi tinggal lapar-haus doang tanpa pahala! Jadi, kalau kamu rasa dengan memberitahu mereka bahwa kamu sedang puasa bisa bikin mereka nggak menggodamu lagi, yah beritahukan saja! Tapi kalau kamu memberitahu eeh malah pada sengaja ngegodain, berarti mereka bukan teman yang baik, jadi ketahuan kan! ^O^
4. Menyibukkan diri dengan aktivitas!
Misalnya baca buku, buka annida-online.com, kirim-kirim tausiyah ke teman, bersih-bersih rumah, kerjain tugas, buat targetan. Biasanya sih dengan melakukan banyak aktivitas, jadi lupa kalau lagi puasa! Tau-tau udah adzan… eeh gak taunya baru azan Ashar, hehe…
5. Hindari kumpulan orang yang sudah ber-merek bigos (biang gosip) atau yang kerap kali membuat jengkel dan marah
Misalnya, kamu tau kalau dekat-dekat sama mertua bakal adu jotos ups maksudnya… adu mulut alias ribut! Ya sudah, selama puasa… hindari dulu sejenak! Atau, kamu kenal banget kalau si fulan itu paling hobi mengejekmu di Fb atau twitter, ya sudah jangan dilayani biar gak terpancing emosi! Begitu juga kawan-kawanmu yang demen ngomongin orang, hentikanlah dulu aktivitas begitu selama puasa sunah!
6. Kalau tidak ada pilihan lain, lebih baik tidur!
Bagaimana lagi, daripada nggak jelas juntrungan, mending tidur tapi diniatkan untuk ibadah! Dalam rangka menghindarkan diri dari ghibah, adu domba, marah, maupun godaan lainnya. Mudah-mudahan puasamu bawa berkah!
7. Warning!
Kalau memang kamu merasa tidak enak badan, kepala keleyengan, lemah, letih, lesu, saran Nida sih jangan paksakan diri Sob! Permudah… jangan persulit diri! Allah justru nggak suka sama hamba-Nya yang suka menganiaya diri sendiri looh! Pastikan puasa membuatmu sehat lahir-batin, jangan cuma sehat batin, tapi lahir K-O, gara-gara kondisi tubuh nggak fit tapi kamu paksain!

Jumat, 07 Januari 2011

TIGA CIRI ORANG YANG IKLAS

dakwatuna.com – Jika ada kader dakwah merasakan kekeringan ruhiyah, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati, hasad, perselisihan, friksi, dan perbedaan pendapat yang mengarah ke permusuhan, berarti ada masalah besar dalam tubuh mereka. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Butuh solusi tepat dan segera.
Jika merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan pada syahwat. “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46). Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi). Imam Al-Ghazali pernah ditanya, “Apa mungkin para ulama (para dai) saling berselisih?” Ia menjawab,” Mereka akan berselisih jika masuk pada kepentingan dunia.”
Karena itu, pengobatan hati harus lebih diprioritaskan dari pengobatan fisik. Hati adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan. Dan obat hati yang paling mujarab hanya ada dalam satu kata ini: ikhlas.
Kedudukan Ikhlas
Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”
Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”
Fudhail bin Iyadh memahami kata ihsan dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.
Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”
Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”
Makna Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.
Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.
Buruknya Riya
Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan amalnya pada manusia dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan segala bentuk keduniaan lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas orang-orang munafik. Disebutkan dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
Riya juga merupakan salah satu cabang dari kemusyrikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?’” (HR Ahmad).
Dan orang yang berbuat riya pasti mendapat hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang telah melakukan amal-amal terbaik, apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang senantiasa berinfak, semuanya diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas kepada Allah. Kata Rasulullah saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)
Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:
1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”
Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.
Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”
2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)
Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.
3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.
Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.

Rabu, 15 Desember 2010

CONTOH ISTRI YANG SOLEKHAH


Ulama yang bertakwa Asy-Sya’bi rahimahullah suatu ketika duduk bersama Syuraih Al-Qadhi rahimahullah. Asy_sya’bi bertanya kepada Syuraih perihal keadaan dia di dalam rumah. Maka Syuraih bercerita: “Selama dua puluh tahun tidak ada anggota keluargaku yang membuatku marah.” Asy-Sya’bi menyahut: “Bagaimana bisa?” Syuraih berkata: “malam pertamaku bersama isteriku, aku melihat perangai yang baik dan wajah yang sangat cantik, lalu aku berkata dalam hati: ‘Saya akan bersuci dan shalat dua rakaat sebagai sujud syukur kepada Allah’. Ketika aku salam dari shalat, ternyata aku mendapati isteriku shalat di belakangku dan salam bersamaku.



Ketika rumah telah sepi dari pada sahabat dan handai tolan, aku berdiri mendekatinya untuk melakukan apa yang sewajarnya dilakukan oleh suami terhadap itrinya. Tapi dia berkata: ‘Tunggu sebentar wahai Abu Umayyah.’ Lalu dia mulai berbicara: ‘Segala puji bagi Allah, saya memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya dan saya ucapkan shalawat atas Muhammad dan keluarganya. Sesungguhnya aku adalah wanita yang masih asing tentang dirimu, belum banyak tahu tentang akhlakmu. Maka beritahulah kepadaku apa saja yang Anda sukai agar aku melaksanakannya dan apa saja yang Anda benci agar aku bisa menghindarinya.’



Diamelanjutkan: ‘Sesungguhnya di kalangan kaummu ada wanita yang layak untuk Anda nikahi, begitupun di kalangan kaumku ada pula kaum laki-laki yang sekufu’ denganku. Akan tetapi jika Allah menghendaki suatu perkara, maka terjadilah. Engkau telah memiliki diriku, maka berbuatlah sesuai dengan yang diperintahkan Allah kepadamu, rujuk dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Denikian yang bisa saya sampaikan, aku memohon ampunan kepada Allah untukku dan untukmu.’



Syuraih berkata: “Demi Allah wahai Asy-Sya’bi, alangkah butuhnya aku terhadap khutbah tersebut.” Akupun berkata: “Alhamdulillah, saya memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tercurah atas Nabi, wa ba’du: Sunnguh Anda telah mengatakan suatu ucapan yang jika Anda konsekuen niscaya akan mendapatkan bagianmu. (Yakni akan mendapatkan kebaikan yang banyak untukmu), akan tetapi jika Anda mengingkarinya, maka ucapan itu menjadi hujjah atasmu.”



Kemudian Syuraih berkata: “Aku menyukai ini dan itu, ini dan itu, dan aku membenci ini dan itu, jika Anda melihat suatu kebaikan maka sebarkanlah dan jika Anda melihat keburukan dariku maka rahasiakanlah.”



Kemudian istriku berkata: “Bagaimana kadar yang kau sukai untuk mengunjungi keluargaku?” Aku manjawab: “Aku tidak suka jika mertuaku bosan terhadapku.” (Aku tidak suka mengunjungi mereka terus-menerus yang membuat merekabosan terhadapku)



Istriku berkata: “Siapakah yang Anda suka di antara tetanggamu sehingga dia boleh memasuki rumahmu dan boleh saya izinkan masuk? Siapa pula di antara mereka yang tidak Anda suka?”



Saya menjawab: “Bani Fulan termasuk orang-orang shalih, bani Fulan termasuk kaum yang shalih, maka izinkan mereka masuk. Akan tetapi bani Fulan dan bani Fulanadalah kaum yang buruk perangai, jangan kau izinkan masuk.”



Syuraih melanjutkan ceritanya: “Maka malam itu saya bermalam bersamanya dengan malam yang sangat indah, selama satu tahun saya hidup berdampingan dengannya belum pernah aku melihatnya kecuali dalam keadaan yang aku sukai dan aku harapkan.



Ketika memasuki tahun kedua, aku kembali dari majelis qadhi ke rumahku, ternyata ada seorang wanita di rumahku. Lalu aku bertanya: “Siapakah tamu ini?” Merekamenjawab: “Dia adalah ibu mertuamu.” Ibu menoleh kepadaku dan bertanya: “Bagaimana menurutmu perlakuan istrimu wahai Abu Umayyah?” aku menjawab: “Dia adalah sebaik-baik istri.”



Ibu mertua berkata: “Wahai abu Umayyah, sesungguhnya seorang istri itu keadaannya tidak akan buruk ketika dalam dua keadaan. Yakni jika dia melahirkan seorang anak atau berbahagian di sisi suaminya. (Yakni merasa dicintai suami dan merasa diperhatikan olehnya). Demi Allah, seorang laki-laki tidak akan pernah ditimpa keburukan dari seorang istri yang mau dibimbing. Maka didiklah istrimu dan bimbinglah sekehendakmu.”



Syuraih berkata: “Lalu saya tinggal bersama istriku selama dua puluh tahun, aku tidak pernah menghukumnya sedikitpun kecuali sekali saja, itupun ternyata saya yang salah, kemudian dia telah wafat, semoga Allah merahmatinya.”




Selasa, 07 Desember 2010

Konsep Perubahan Waktu Dalam Kelompok Sosial


Individu dan Kelompok Sosial
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akbat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.
Namun bukan berarti semua himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial. Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu.
Macam-macam kelompok sosial meliputi:
  1. klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial;
  2. kelompok sosial dipandang dari sudut individu;
  3. in group dan out group;
  4. primary group dan secondary group;
  5. gemeinschalf dan geselfchaft.
Primary group adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri kenal mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Sedangkan yang dimaksud pengertian secondary group adalah kebalikan dari primary group. Secondary group sebagai kelompok-kelompok yang besar, yang terdiri banyak orang antara siapa hubungannya tak perlu berdasarkan kenal mengenal secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng.
Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa gemeinschalf adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan. Contoh bentuk gemeinschalf dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan dan rukun tetangga. Sedangkan geselfchaft adalah kebalikannya, yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam mesin. Contoh bentuk geselfchaft ini terdapat bentuk utama hubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik. Seperti ikatan antara pedagang, organisasai dalam suatu pabrik, industri dan lain-lain.
Di samping ada kelompok sosial juga terdapat sistem sosial dalam bentuk piramida seperti berikut:
  1. lapisan sosial atas (upper);
  2. lapisan sosial menengah (midle);
  3. lapisan sosial rendah (lower).

Kelembagaan (Social Institution)
Beberapa pendapat para ahli sosiologi tentang pengertian kelembagaan (Social Instituation). Menurut Soerjono Soekanto (1982:191) mendefinisikan bahwa lembaga kemasyarakatan adalah “sesuatu bentuk dan sekaligus mengandung pengertian-pengertian yang abstrak perihal norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri-ciri dari lembaga kemasyarakatan. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1984:165) adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku masyarakat. Pranata sosial diberi arti sebagai sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Lembaga kemasyarakatan terbentuk melalui proses disebut sebagai lembaga institusional, atau kelembagaan nilai-nilai yang dibentuk untuk membantu hubungan antar manusia di dalam masyarakat. Nilai-nilai yang mengatur tersebut dikenal dengan istilah norma yang mempunyai kekuatan mengikat dengan kekuatan yang berbeda-beda. Norma-norma tersebut dapat dibedakan seperti berikut: cara (ussage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom).
Lembaga kemasyarakatan di samping seperti yang dijelaskan tersebut di atas, lembaga kemasyarakatan juga memiliki ciri-ciri dan tipe-tipe berdasarkan; pelembagaannya, sistem nilai, penyebarannya dan bagaimana penerimaan di masyarakat.
Dalam lembaga kemasyarakatan juga terdapat social control (sistem pengendalian sosial) yang dilakukan bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat, baik yang bersifat preventif maupun represif.

Konsep Waktu dan Sejarah Lokal
Sejarah bertugas untuk membuka kegelapan masa lampau manusia, memaparkan kehidupan manusia, dalam berbagai aspek kehidupan. dan mengikuti perkembangannya dari masa yang paling tua hingga kini dan untuk dijadikan pedoman di masa kini dan masa yang akan datang.
Konsep waktu dalam sejarah mempunyai arti kelangsungan (continuity) dan satuan atau jangka berlangsungnya perjalanan waktu (duration). Kelangsungan waktu atas kesadaran manusia, terhadap waktu dibagi menjadi tiga, dimensi yaitu: waktu yang lalu, waktu sekarang, dan waktu yang akan datang di dalam satu kontinuitas.
Dimensi waktu dalam sejarah adalah, penting sekali, karena, peristiwa yang menyangkut masyarakat manusia terjadi atau berlangsung dalam dimensi ruang dan waktu. Akan tetapi karena, tak dapat ditentukan kapan waktu berawal dan dan kapan waktu berakhir, maka terbatasnya konsep tentang kelangsungan waktu itu lalu dibatasi dengan awal dan akhir atas dasar kesadaran manusia yang disebut periode atau kurun waktu atau babakan waktu. Babakan waktu juga dinamai penzaman, seralisasi, periodesasi dan masa.
Sejarah lokal merupakan sejarah yang terjadi di satu tempat saja. Pengajaran sejarah lokal sangat penting guna menumbuhkan rasa kecintaan terhadap daerahnya sendiri.

Pembelajaran Konsep Perubahan
Perubahan merupakan gejala yang umum terjadi pada masyarakat manusia, tidak ada satu masyarakat pun yang benar-benar statis, cepat atau lambat semua masyarakat akan mengalami perubahan.
Ada dua macam perubahan, yaitu perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan sosial adalah perubahan lembaga-lembaga, kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan sejenisnya bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk dan aliran-aliran organisasi sosial.
Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai aspek yang sama, yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dari cara-cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perubahan itu ada yang berjalan lambat ada juga yang berjalan cepat.
Di samping itu ada perubahan yang kecil pengaruhnya dan ada yang besar, serta ada perubahan yang dikehendaki dan ada pula, perubahan yang tidak dikehendaki dan tidak direncanakan.
Sebab-sebab terjadinya perubahan ada yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang berasal dari luar masyarakat. Di samping itu ada juga sejumlah faktor yang mendorong jalanya perubahan dan ada juga sejumlah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan.

Pembelajaran Konsep Kebudayaan
Kebudayaan disebut superorganis karena walaupun kebudayaan adalah hasil ciptaan manusia tetapi budaya menguasai manusia.
Kebudayaan hanya dinilai oleh masyarakat manusia yang tidak diturunkan secara biologis tetapi melalui proses belajar, yang didukung, diteruskan melalui masyarakat. Kebudayaan juga merupakan pernyataan atau perwujudan kehendak, perasaan, dan pikiran manusia.
Kebudayaan memiliki unsur-unsur yang universal, yang artinya unsur-unsur kebudayaan ini dimiliki oleh semua budaya-budaya manusia yang ada di muka bumi ini, dari masyarakat sederhana sampai masyarakat modern. Unsur-unsur kebudayaan universal itu meliputi sistem bahasa, sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia atau sistem teknologi, sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem, religi, dan sistem kesenian.
Unsur kebudayaan universal itu mempunyai tiga wujud yang menurut Koentjaraningrat wujud kebudayaan itu dapat berupa sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik.
Kebudayaan dari waktu ke waktu selalu berubah karena adanya adanya faktor-faktor dari dalam masyarakat yang meliputi discovery, invention, inovasi, dan enkulturasi serta faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang meliputi difusi, akulturasi dan asimilasi.

Jumat, 03 Desember 2010

Kata Kata Bijak

 PUISI ORANG GAGAL
Aku takut orang lain akan menghina diriku, jika aku menjadi diri sendiri.
Aku takut orang lain akan mentertawakanku, jika aku berani tampil beda.
Aku takut orang lain akan menganggapku gila, jika aku berani mencoba hal-hal baru.
Aku takut orang lain akan mengucilkanku, jika aku tidak sesuai dengan pandangan mereka.
Aku takut orang lain akan mengejekku, jika aku gunakan caraku sendiri.
Aku takut orang lain akan menganggapku orang aneh, jika aku melakukan sesuatu yang berbeda dari cara orang kebanyakan

JUARA BUKAN SEGALANYA
Hampir  6 tahun aku mengikuti kegiatan KARATE, selama itu pula aku telah di tempa dan di bina hingga menjadi seorang atlit.
Senpai-ku telah memberikan apa yang dia mampu untuk mencetak atlit2 tebaik nya…
Dia selalu mengatakan “Juara Bukan Segalanya Tapi Berjiwa Mulia itu yang Utama”, pekataan itu selalu terngiang di telinga ku hingga membekas dalam hati. “Untuk apa kalian berlatih jika mental kalian jelek, percuma, karate bukan tempat orang yang cengeng,sok jagoan, senpai nggak perlu itu.
kalian berlatih pukul ,tendang, banting buat apa ? Buat jadi jagoan, Karate bukan buat itu tapi bisa memahami dan melaksanakan Sumpah Karate

MEMELIHARA MIMPI 
Sebelum sebatang pohon dapat tumbuh tinggi, terlebih dahulu ia harus menanamkan akarnya jauh ke dalam tanah, demi memperoleh zat gizi. Sama dengan mimpi anda. Bila anda ingin impian berubah menjadi kenyataan, anda harus mencari cara untuk memberi makan dan memelihara mimpi anda. Sangat tidak realistis untuk berharap bahwa anda dapat mencapai bintang, tanpa terlebih dahulu menanam akar dalam tanah padat. Bermimpi itu gampang – sesuatu yang hidup di alam khayal. Namun mewujudkannya di alam nyata membutuhkan perjuangan keras. 

DUNIA ITU EMAS
Diam itu emas, tetapi ada saatnya diam tidak selalu emas
Jujur itu baik, tetapi ada saatnya jujur tidak selalu baik
Gagal itu terpuruk, tetapi ada saatnya gagal tidak selalu terpuruk Cinta itu indah, tetapi ada saatnya cinta tidak selalu indah
Mengalah itu lemah, tetapi ada saatnya mengalah tidak selalu lemah
Mimpi itu khayalan, tetapi ada saatnya mimpi tidak selalu khayalan

Hikmah Puasa

HIKMAH PUASA
DALAM TINJAUAN AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN
Manusia merupakan makhluk yang tertinggi derajatnya, oleh karena itu manusia diutus oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Sebagai makhluk yang tertinggi yang membedakan antara manusia dengan makhluk Allah yang lain adalah manusia dikaruniai oleh Allah dengan akal sedangkan makhluk Allah yang lain tidak. Dengan akalnya ini manusia berusaha sejauh mungkin untuk mengupas rahasia-rahasia alam karena alam semesta ini diciptakan oleh Allah dan tak akan lepas dari tujuannya untuk memenuhi kebutuhan makhluknya. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam salah satu firman-Nya :
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini (langit dan bumi) dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka"
(QS. Ali Imran : 191)
Ayat inilah yang membuat orang mulai berpikir untuk mencari hikmah dan manfaat yang terkandung dalam setiap perintah maupun larangan Allah diantaranya adalah hikmah yang tersembunyi dari kewajiban menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang diperintahkan oleh Allah khusus kepada orang-orang yang beriman. Hal ini seperti disebutkan di dalam firman Allah yaitu :
"Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa"
(QS. Al Baqarah : 183)
Sudah barang tentu hikmah puasa tersebut sangat banyak baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan umat (masyarakat) pada umumnya. Diantara hikmah-hikmah tersebut yang terpenting dan mampu dijangkau oleh akal pikiran manusia sampai saat ini antara lain :
a. Memelihara kesehatan jasmani (Badaniyah)
Sudah menjadi kesepakatan para ahli medis, bahwa hampir semua penyakit bersumber pada makanan dan minuman yang mempengaruhi organ-organ pencernaan di dalam perut. Maka sudah sewajarnyalah jika dengan berpuasa organ-organ pencernaan di dalam perut yang selama ini terus bekerja mencerna dan mengolah makanan untuk sementara diistirahatkan mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari selama satu bulan.
Dengan berpuasa ini maka ibarat mesin, organ-organ pencernaan tersebut diservis dan dibersihkan, sehingga setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan Insya Allah kita menjadi sehat baik secara jasmani maupun secara rohani. Hal ini memang sudah disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu’aim yaitu :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
"Berpuasalah maka kamu akan sehat"
(HR. Ibnu Suny dan Abu Nu’aim)
Juga dalam hadits yang lain dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
"Bagi tiap-tiap sesuatu itu ada pembersihnya dan pembersih badan kasar (jasad) ialah puasa"
(HR. Ibnu Majah)
Dalam penelitian ilmiah, kebenaran hadis ini terbukti antara lain :
1. Fasten Institute (Lembaga Puasa) di Jerman menggunakan puasa untuk menyembuhkan penyakit yang sudah tidak dapat diobati lagi dengan penemuan-penemuan ilmiah dibidang kedokteran. Metode ini juga dikenal dengan istilah "diet" yang berarti menahan / berpantang untuk makanan-makanan tertentu.
2. Dr. Abdul Aziz Ismail dalam bukunya yang berjudul "Al Islam wat Tibbul Hadits" menjelaskan bahwa puasa adalah obat dari bermacam-macam penyakit diantaranya kencing manis (diabetes), darah tinggi, ginjal, dsb.
3. Dr. Alexis Carel seorang dokter internasional dan pernah memperoleh penghargaan nobel dalam bidang kedokteran menegaskan bahwa dengan berpuasa dapat membersihkan pernafasan.
4. Mac Fadon seorang dokter bangsa Amerika sukses mengobati pasiennya dengan anjuran berpuasa setelah gagal menggunakan obat-obat ilmiah.
b. Membersihkan rohani dari sifat-sifat hewani menuju kepada sifat-sifat malaikat
Hal ini ditandai dengan kemampuan orang berpuasa untuk meninggalkan sifat-sifat hewani seperti makan, minum (di siang hari). Mampu menjaga panca indera dari perbuatan-perbuatan maksiat dan memusatkan pikiran dan perasaan untuk berzikir kepada Allah (Zikrullah). Hal ini merupakan manifestasi (perwujudan) dari sifat-sifat malaikat, sebab malaikat merupakan makhluk yang paling dekat dengan Allah, selalu berzikir kepada Allah, selalu bersih, dan doanya selalu diterima.
Dengan demikian maka wajarlah bagi orang yang berpuasa mendapatkan fasilitas dari Allah yaitu dipersamakan dengan malaikat. Hal ini diperkuat oleh sabda Rasulullah dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Turmudzi yaitu :
"Ada tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka yaitu orang yang berpuasa sampai ia berbuka, kepala negara yang adil, dan orang yang teraniaya"(HR. Turmudzi).
Juga dalam hadits lain dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘As, Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya orang yang berpuasa diwaktu ia berbuka tersedia doa yang makbul"
(HR. Ibnu Majah)
Disamping itu hikmah yang terpenting dari berpuasa adalah diampuni dosanya oleh Allah SWT sehingga jiwanya menjadi bersih dan akan dimasukkan ke dalam surga oleh Allah SWT. Hal ini diperkuat dengan hadits Nabi yaitu :
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda :
"Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan perhitungannya (mengharapkan keridla’an Allah) maka diampunilah dosa-dosanya.
(HR. Bukhari)
Juga dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yaitu :
Dari Sahl r.a dari Nabi SAW beliau bersabda :
"Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut dengan Rayyan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga dari pintu itu. Tidak seorangpun masuk dari pintu itu selain mereka. (Mereka) dipanggil : Mana orang yang berpuasa ? Lalu mereka berdiri. Setelah mereka itu masuk, pintu segera dikunci, maka tidak seorangpun lagi yang dapat masuk"
(HR. Bukhari)
Dengan demikian maka dapatlah disimpulkan bahwa berpuasa membawa manfaat yang sangat besar bagi manusia baik sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial. Sehingga setelah seseorang selesai menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadhan diharapkan ia menjadi bersih dan sehat baik jasmani maupun rohani dan kembali suci bagai bayi yang baru lahir. Amiin.

Hikmah Sholat Dhuha

Sholat Dhuha hukumnya sunah muakkad. Oleh karenanya, siapa saja yg ingin memperoleh pahala dan keutamaannya silahkan mengerjakan dan tidaklah berdosa apabila meninggalkannya. Namun Rasulullah saw senantiasa mengerjakan sholat Dhuha.
Rasulullah adalah teladan utama dalam segala hal. Beliau tidak akan mewasiatkan atau memerintahkan sesuatu sebelum mengerjakannya. Demikian pula dengan sholat Dhuha.
Menunaikan sholat Dhuha selain sebagai wujud kepatuhan kepada ALLAH dan Rasul-NYA, juga sebagai perwujudan syukur dan takwa kepada kepada ALLAH karena ALLAH Maha Hikmah. Apapun amal ibadah yang disyariatkan akan mengandung banyak keutamaan dan hikmah.
Dan di antara keutamaan dan hikmah dari sholat Dhuha adalah sebagai berikut :
1. Sholat Dhuha adalah Sedekah
Rasulullah bersabda,
Setiap ruas dari anggota tubuh di antara kalian pada pagi hari, harus dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu dapat disepadankan dengan mengerjakan sholat Dhuha dua rakaat.
(HR. Muslim dari Abu Dzar)
Dalam diri manusia terdapat tiga ratus enam puluh ruas tulang, hendaklah ia mengeluarkan satu sedekah untuk setiap ruas itu. Para sahabat bertanya, “Siapa yang mampu mengerjakan hal tersebut wahai Nabi ALLAH?” Nabi berkata, “Dahak di masjid yang engkau pendam, suatu aral yang engkau singkirkan dari jalan. Jika kamu tidak mendapatkan sesuatu yang sepadan, cukuplah bagimu sholat Dhuha dua rakaat.”
(HR. Abu Daud dan Ahmad dari Abu Buraidah)
2. Sholat Dhuha sebagai Investasi Amal Cadangan
Sholat adalah amal yang pertama kali diperhitungkan pada hari Kiamat. Sholat juga merupakan kunci semua amal kebaikan. Sholat sunah -termasuk- sholat Dhuha merupakan investasi atau amal cadangan yg dapat menyempurnakan sholat fardhu (wajib).
Rasulullah saw bersabda,
Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri hamba pada hari kiamat dari amalannya adalah sholatnya. Apabila benar (sholatnya) maka ia telah lulus dan beruntung, dan apabila rusak (sholatnya) maka ia akan kecewa dan rugi. Jika terdapat kekurangan pada sholat wajibnya, maka ALLAH berfirman, “Perhatikanlah, jikalau hamba-KU mempunyai sholat sunah maka sempurnakanlah dengan sholat sunahnya sekedar apa yang menjadi kekurangan pada sholat wajibnya. Jika selesai urusan sholat, barulah amalan lainnya.”
(HR. Ash-habus Sunan dari Abu Hurairah RA)
3. Ghanimah (Keuntungan) Yang Besar
Rasulullah bersabda,
Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, ia berkata, “Rasulullah saw mengirim pasukan perang. Lalu pasukan itu mendapatkan harta rampasan perang yang banyak dan cepat kembali (dari medan perang). Orang-orang pun (ramai) memperbincangkan cepat selesainya perang, banyaknya harta rampasan, dan cepat kembalinya mereka. Makam Rasulullah saw bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang lebih cepat selesai perangnya, lebih banyak (memperoleh) harta rampasan, dan cepat kembali (dari meda perang)? (Yaitu) orang yang berwudhu kemudian menuju masjid untuk mengerjakan sholat sunah Dhuha. Dialah yang lebih cepat selesai perangnya, lebih banyak (memperoleh) harta rampasan, dan lebih cepat kembalinya.”
(HR. Ahmad)
4. Dicukupi Kebutuhan Hidupnya
Orang yang gemar melaksanakan sholat Dhuha karena ALLAH, akan dberikan kelapangan rezeki oleh ALLAH. Rasulullah saw menjelaskan daam hadits Qudsi dari Abu Darda’ bahwa ALLAH berfirman:
Wahai anak Adam, rukulah (sholatlah) karena AKU pada awal siang (sholat Dhuha) emapt rakaat, maka AKU akan mencukupi (kebutuhan)mu sampai sore.
(HR. Tirmidzi)
5. Pahala Haji dan Umrah
Rasulullah bersabda,
Barangsiapa yang sholat Shubuh berjamaah kemudian duduk berzikir untuk ALLAH sampai matahari terbit kemudian (dilanjutkan dengan) mengerjakan sholat Dhuha dua rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah, sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya.
(HR. Tirmidzi)
6. Diampuni Semua Dosanya Walau Sebanyak Buih di Laut
Rasulullah bersabda,
Barangsiapa yang menjaga sholat Dhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan.
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
7. Istana di Surga
ALLAH akan membangun istana di surga bagi orang yang gemar sholat Dhuha. Rasulullah bersabda,
Barangsiapa shalat Dhuha dua belas rakaat, maka ALLAH akan membangun istana dari emas di surga.
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Demikian beberapa keutamaan dan hikmah dari sholat Dhuha yang diambil dari hadits. Semoga menjadi motivas bagi kita semua agar lebih memperhatikan sholat Dhuha dan membiasakan sholat Dhuha.